Cicofest x Petani Kopi Manglayang Timur: Merintis Kebun Percobaan Kopi Berketahanan Iklim

Cicofest x Petani Kopi Manglayang Timur: Merintis Kebun Percobaan Kopi Berketahanan Iklim
admin Avatar

Pada Minggu, 27 Juli 2025, salah satu langkah nyata menuju pertanian kopi yang lebih berkelanjutan dimulai di kaki Gunung Manglayang, tepatnya di wilayah Kelompok Tani Kopi Cahaya Giri, Manglayang Timur, Kabupaten Sumedang. Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja kolaboratif yang dilakukan oleh sub-tim CiCoFest Universitas Padjadjaran, yang diketuai oleh Dr. Devi Maulida Rahmah.

Kolaborasi ini menjadi bagian dari inisiatif besar CiCoFest yang mengembangkan model agroforestri kopi berketahanan iklim berbasis komunitas. Di Manglayang Timur, kerja sama difokuskan pada pengembangan kebun percobaan kopi yang tidak hanya produktif, tapi juga tangguh terhadap perubahan iklim.

Salah satu kegiatan utama yang dilakukan adalah pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik bernutrisi tinggi. Limbah dari proses produksi kopi—seperti kulit kopi dan bahan organik lainnya—diolah dan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk alami yang kemudian langsung diaplikasikan ke lahan. Pendekatan ini bukan hanya mengurangi limbah, tetapi juga memperbaiki kesuburan tanah secara alami dan berkelanjutan.

Langkah ini merupakan bagian penting dari praktik pertanian regeneratif, di mana tanah dirawat agar tetap hidup dan sehat, sehingga tanaman kopi yang ditanam mampu tumbuh optimal tanpa tergantung pada input kimia sintetis.

Kegiatan ini menjadi awal dari serangkaian eksperimen lapangan yang diharapkan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi petani kopi di kawasan hutan Manglayang. Tak hanya dalam bentuk hasil panen yang lebih baik, tetapi juga dalam bentuk peningkatan pengetahuan, kapasitas, dan resiliensi petani terhadap perubahan iklim.

Melalui kebun percobaan ini, CiCoFest bersama Universitas Padjadjaran berharap bisa mendorong hadirnya model kopi yang adil, ramah lingkungan, dan berpihak pada komunitas lokal. Sebab, perubahan dimulai dari tanah—dan dari tangan-tangan petani yang terus mau belajar dan beradaptasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *